Senin, 11 Maret 2019

Tak berbekas

Kalian buat kebijakan berkedok agama
Tanpa memperhatikan norma ahimsa
Pergolakan konspirasi dimana-mana
Bangsaku goyah dan perlahan menguap
Bersenyawa dengan akrasia

Bangsa kami cemas...
Terluka, terinfeksi, lumpuh...
Terhipnotis ,terbodohi, urung cerdas
Terdiam walau lebam membekas

Kosong...

Dalam diam, kami tidak lumpuh
Kami merancang fortiori
Bukan aksi namun doktrin
Amunisi kami hanya rima.

Sekali berarti lalu Sirna.

Rabu, 31 Agustus 2016

Kumandang bahasa alam



Aku masihlah buta, fikiranku masihlah abu.
Belum mampu membaca setiap gerikmu.
Tiap helaan nafas tak memiliki makna.

Engkaulah penghapus letaku
Saat ini perangaimu belum ada dalam diriku,
Walau begitu aku masihlah tunduk akan kemalikanmu
Sang pemberi rahmat...

Ku agungkan namaMu
Walau kau ciptakan aku di tempat yang rendah.

Kau hadirkan hati ini dengan delapan pintu
Walau suara sengauku belum mampu untuk menjadi hafidzmu.

Kamis, 08 Oktober 2015

Gajak Mahluk Illah


Rancang fikiran yang Sakinah
Niscaya akan membuat tujuanmu terarah
Sulut semangat juang pantang menyerah
Berdo'a lalu berserah pada sang illah

Bunuh semua waktu untuk berhujah
Karna tak akan menghasilkan tuah
Kau hanya akan menjadi sampah
Orang kan menghujamimu dengan sumpah serapah

Sudahlah, kita hanyalah hambaNya yang lemah
Bergumampun hanya akan membuatmu lelah
Berusahalah Jalani hidup dengan Sakinah dan Mawadah
Dan illah tak akan sungkan memberikan berkah

Rabu, 07 Oktober 2015

Tanah Agni


Sadarkah apa yang kalian tebar
Putra agni hadir seketika menyebar
Melahap semua semak hingga akar
Merubah langit berhujan sekam belukar

Menyala membara hingga ke dalam bencah
Langitpun ikut berubah memerah darah
Udara yang bersahabat menjadi mesin pemusnah

Beri tahu kami

Saat kalian dapat berdikari menghadapi ulah sendiri
Dan siap menghadapi ablaif yang siap mengkaimi
Mari bersama ciptakan serum untuk karya indah ini
Mengubah aberasi surgawi menjadi surga yang hakiki
Sembari berharap hujan pada hyang widhi


Bandung untuk riau 6-Oktober-2015

Minggu, 04 Oktober 2015

Berdikari


Teman, jangan pernah tunggu aku.
Akan ku gapai impianku sendiri
Walau masih terlalu dekat denganmu
Dan ku simpan jauh dibawah kaki

Akulah langit malam yang sunyi
Berteman angin dimusim gugur yang dingin
Tanpa ada kerlip bintang harapan yang menemani
Sendiri berselimut kegelapan dan hembus angin

Senja berhias lembayung hanya retorika alam belaka
Indahnya bombastis, hanyalah antonim realita
Layaknya mutiara dan babi, begitu mudah untuk melupa
Seperti teman dan pembohong yang bersua

Aku akan tidur sepanjang malam
Menjadi diriku sendiri, kabut hitam
Dan teman, Lupakan aku, biakan aku tenggelam !
Bahkan ketika aku terbangun dan hidup tentram

Rabu, 24 Juni 2015

Non Ekualitas

Umbar amal buat pencitraan
Penjarakan pikiran dalam niatan
Jalannya seperti logika dan batin
Konsistensimu Dipertanyakan

Identitas, terkikis habis terhasut iblis
Argumen tergerus oleh anomali krisis
Batinpun dihantui oleh rasa pesimis
Gentar hargadiri disetarakan dengan pengemis

Dihujat oleh unsur liberalis
Hati dan batinpun meringis
Tersenyawa oleh trauma psikis
Menjerit menangis teriris

Tertekan hingga tak waras
Tertawa, menangis tak jelas
Terbebas dari belenggu tugas
Eleminasi Ekualitas

Senin, 22 Juni 2015

Senandung Nirwana

Kulminasi pencarian menuju pencerahan
Singgah di muara reinkarnasi dramaturgi
Mengulang kembali menjadi cameo
Membosankan mengikuti garis takdir

Jadilah absolut yang tidak relatif
Karena manusia adalah Tuhan
Jangan siasiakan keyakinan
Segalanya terukur oleh atomisme

Carilah ciptaannya, jangan zatnya

Jernihkan fikiran lalu rasakan
Tajamkan indera lalu capailah
Tenangkan batin lalu jalani
Sucikan hati lalu nikmati

Ia hadir sebagaimana api ada
Pijakan kaki dalam kebajikan

Kikis habis segala sifat jahat
Kelak ketika opera berakhir
Akan ada kebahagiaan
Mencapai Pencerahan